Theologi negasi tentang Tauhid dari sufiisme


 ILMU CORO. Manusia dala hidup di ini memang tidak bisa lepas dan berkat andilnya dari ALLAH SWT. atau kata lain sebenarnya manusia ini sebenarnya adalah merupakan makhluk yang fana dan dalam hidupnya di tentukan atau diatur oleh ALLAH SWT yang maha esa yang baqo. Dari itu yang disebut tauhid yaitu hidup didunia ini yang memisahkan antara yang fana dan baqo. Akan tetapi terdapat definisi lain dari  tauhid menurut ulama besar yang menjadi tokoh sufi yaitu beliau imam junaid al baghdadi yang mendefinisika tentang tauhid yang diambil dari kalimatnya abu bakar mengenai tauhid adalah maha suci ALLAH yang tidak menjadikan jalan untuk mengenalnya melainkan ketidak mampuan mengenalnya. dari kalimat tersebut mengandung maksud yaitu cara kita untuk mengenal ALLAH SWT dengan cara mengakui dengan kita tidak mampu mengenalnya. dengan kata lain adalah cara manusia dalam mengenal ALLAH SWT dengan cara manusia mengakui  sendiri dengan segala kemampuanya yang dimiliki untuk dapat mengenal ALLAH SWT. hal ini karena ALLAH SWT tidak ada setaranya atau imbangan apapun yang menjadi konsep manusia, imajinasi maupun gambaran tentang ALLAH SWT maka dari itu adanya kalimat tauhid di awali dengan laa illaha sehingga semua harus di nafikan atau di abaikan disingkirkan kecuali dia. termasuk tentang konsep, gagasan, pikiran dan semacamnya harus di nafikan kecuali adanya ALLAH SWT ada yang tidak dapat terjangkau dengan segala potensi pada manusia.adapun adanya pemahaman atau gagadan yang seperti ini kalau di dalam study agama disebut teologi negatif. 

Mengenai gagasan yang disebut teologi negatif adalah menegaskan sesuatu dengan menegasikan dan untuk contoh adanya teologi negatif yaitu apabila kita di suruh untuk menunjukan orang yang bagus atau menurut kamu yang seperti apa, kemudian kamu menjelaskannya mengenai yang jelek jelek atau negatif negatif. dengan memahami atau mendefinisasikan sesuatu dari yang negasi atau negatif. dan juga dalam memahami ALLAH SWT dari negasi total apapun semuanya di pidakan dan kalau sudah seperti itu baru sudah mengenal ALLAH SWT jadi maha suci zat yang menjadikan jalan bagi makhluknya untuk mengenalnya melalui ketidak mampuan mengenalnya. adapun yang menjadi dasar harus tauhid di sebabkan manusia sendiri yang dulu telah berjanji terhadap ALLAH SWT seperti di dalam surat al araf. sebagai mana dalam gagasan neo platonisme dari penafsiran imam junaid mengenai misaq atau perjanjian yang di lakukan dulu sebelum manusia lahir di dunia terdapat satu alam atau satu dunia dinamakan dunia ruh yang manusia tidak seperti melainkan menurut imam junaid adalah sebuah pertemuan antara yang haq dengan yang haq hanya saja haq yang jenis besar itu ALLAH SWT dengan haq kecil yaitu manusia yang bentuk paling murni atau bentuk sejati yaitu bentuk yang sebelum masuk ke jasad manusia. adapun perjanjian tersebut dinamakan misad oleh imam junaid.

Dengan demikian adanya manusia hidup di dunia adalah realisasi perjanjian misaq yang telah jauh di lakukan sebelumnya pada saat dialam ruh sehingga apabila manusia merealisasaikan hidup di dunia ini dengan melakukan mengakui hanya ALLAH SWT tuhan kita. Dan untuk tauhid menurut imam junaid memiliki 4 level antaranya adalah :

A. Tauhidnya orang awam.

yaitu yang di maknai bahwa ALLAH SWT itu satu dan bersaksi tidak ada tuhan selain ALLAH SWT dan menjadi ciri tauhidnya orang awam adalah  dalam hidupnya masih merasa takut serta berharap terhadap selain ALLAH di diluar dirinya seperti takut terhadap orang lain, terhadap bos atasan, takut terhadap kekuatan lain dan masih banyak lagi.

B. Tauhidnya orang alim.

untuk tauhidnya orang alim atau orang berilmu adalah selain mengesakan dan tidak ada tuhan selain ALLAH SWT kemudian dia bertakwa dengan menjalankan perintahnya dan menjauhi laranganya dan untuk harapan dan ketakutanya pada dirinya sendiri. seperti khawatir ini, khawatir berbuat salah dan punya keinginan dan harapan dari dalam dirinya.

C. Tauhidnya orang khowas.

pada tauhidnya orang khowas yaitu harapan dan rasa takutnya hanya ke pada ALLAH SWT bukan terhadap orang lain diluar dirinya ataupun takut terhadap dirinya dan mengenai mengesakan ALLAH SWT serta tiada tuhan selain ALLAH SWT sama seperti orang di atas.

D. Tauhidnya orang khowashul khowas.

sedang untuk tauhidnya orang khowashul khowas sudah tidak memiliki rasa takut dan yang ada di hatinya hanya ALLAH SWT yang tunggal. untuk orang khowasul khowas sudah menepikan dirinya dirinya sudah tidak di pertimbangkan yang ada hanyalah ALLAH SWT. 

Sehingga dari orang sufi itu apabila dia berjalan ALLAH yang menjadi kakinya, kalau dia berkata ALLAH yang jadi mulutnya serta kalau dia melihat ALLAH yang jadi matanya dan lainya. sehingga dengan ada adanya itu menunjukan bahwa posisi dirinya sudah di gantikan dengan ALLAH SWT. adanya hasrat duniawi di sisikan, kemanusiaan dan lainya di taruh di pinggir bukan di buang tapi yang untuk posisi tengah untuk ALLAH SWT. dan untuk hal hal dunia hanya di ambil secukupnya seperti makan, minum hanya sebatas untuk bertahan hidup untuk menghidupkan ALLAH SWT pada dirinya sehingga dunia sudah di sisihkan di pinggirkan.

Demian dari kami atas kekurangan mohon maaf dan anggap angin lalu.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel