Keterbatasan kerendahan ilmu pengetahuan manusia di hadapan ALLAH SWT


 ILMU CORO. Manusia Hidup di alam semesta ini dengan segala potensi dan ilmu pengetahuan pada dirinya kira kira mampukah mencari atau menemukan mahluk yang paling baik bahkan paling buruk yang ada di alam semesta ini. Meskipun manusia dengan segala kelebihanya dan manusia juga merupakan makhluk paling sempurna yang ALLAH SWT ciptakan akan tetapi untuk dapat mengetahui atau menemukan makhluk yang paling buruk bahkan makhluk paling baik tetap tidak mungkin dapat menemukan atau mengetahuinya, Manusia si apa, ilmu mu tidak cukup kapasitasnya, untuk mengetahui mahluk paling buruk atau paling baik, yang ada adalah pengetahuan yang di ketahui manusia tidak lebih hanya 0,01% dari fakta sebenarnya. Kenyataan hidup di alam semesta ini dengan begitu beragamnya, begitu luasnya, begitu tidak terduganya dan begitu misterinya mencapai 99% dan yang di pahami manusia di bawah 1% dari keadaan yang sebenarnya, sebagai contoh tentang pengetahuan terhadap orang puasa atau tidak puasa  manusia tidak tahu persis yang paling ngerti itu orang tersebut dengan ALLAH SWT, bersama malaikat malaikat atau mahluk mahluk yang memang dizinkan ALLAH SWT untuk mengetahuinya, karena manusia tidak mungkin bisa mengawasi detail setiap saat untuk mengetahui apakah dia puasa atau tidak bahkan keluarga baik anak, istri, ibu, bapak itupun tidak bisa memastikan mengetahui persis atas puasa atau tidak hal itu menandakan atas keterbatasan ilmu manusia. Dan itu salah satu contohnya karena masih banyak lagi.

Masih mengenai ilmu pengetahuan pada manusia, ilmu pengetahuan atau kemampuan manusia tidak selalu bisa memastikan kenyataan dari apa yang dia serap atau di teliti akan tetapi yang harus dilakukan manusia adalah merasa bahwa dirinya tidak mampu atau merasa dirinya buruk dan itu juga termasuk nilai kewajiban moral oleh sebab itu para nabi selalu merasa mengaku dholim sebagaimana kalimat ila quntum mina dholimin atau robbana dolamna anfusana watarhamna lanakulana minadholimin dalam bahasa arab, dan kalau orang jawa sudah faham dan tahu dengan adanya istilah bisa rumangsa tidak rumangsa bisa dan pengetahuan itu pada masyarakat sudah mengerti sebelum datangnya islam. Untuk masyarakat jawa dulu memang mempunyai peradaban serta tekhnologi batin yang bertahun tahun bahkan berpuluh puluh abad lamanya yang membuat orang orang jawa dulu mempunyai ma'rifat ma'rifat bathiniah tertentu tidak melalui ajaran ajaran. oleh sebab itulah orang orang jawa dulu mampu menerjemahkan setiap peristiwa peristiwa dengan detail sebagai contoh bener dengan pener, sandang, pangan papan, becik ketitik ala ketoro dan lainya. 

Pada dasarnya memang hakekat manusia diciptakan ALLAH SWT sebagaimana yang dia katakan yang artinya manusia tidak punya apa apa, manusia itu tidak bisa apa apa dan manusia itu tidak ada. Dan dari pernyataan itu dan menjadi puncak pengetahuan manusia sejatinya bahwa manusia itu akan mati dan kembali ke ALLAH SWT untuk yang kembali adalah rohnya atau nur cahaya, oleh sebab itulah manusia ada, manusia mati, manusia hidup, manusia pinter, kaya dan semua yang ada pada manusia itu karena kehendak ALLAH SWT serta manusia merupakan satu bagian dengan ALLAH SWT tidak terpisah atau pihak lain. Dengan demikian dengan manusia mengetahui bahwa puncak pengetahuan dan ilmu bahwa manusia bakalan mati kembali ke pada ALLAH SWT dengan begitu manusia selalu merasa rendah hati, ke pada ALLAH SWT juga kepada semua ciptaanya di alam semesta ini, baik itu sesama manusia, tumbuhan, binatang, air, udara masih banyak lagi.

Demikian semoga bermanfaat, segala kekurangan mohon maaf, anggap sebagai angin lalu.


Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel