Manunggaling kawula gusti adalah tauhid


 ILMU CORO. Pada masyarakat sekarang ini khususnya orang jawa, mengenai istilah atau kalimat manunggaling kawula gusti pada umumnya orang orang langsung melekatkan atau menghubungkan terhadap seseorang yang tidak asing lagi dan terkenal yang bernama syeh siti jenar beliau adalah sosok besar yang hidup di jaman para wali wali atau wali songo. untuk manunggaling kawula gusti sendiri menurut pengetahuan orang sekarang merupakan ajaran atau kenyakinan syekh siti jenar. Terlepas dari sejerah atau outentik seluk beluk tentang benar tidaknya beliau syekh siti jenar yang kemudian bersilang pendapat dengan wali songo itu di luar pehaman kami, karena asumsi asumsi yang berkembang di masyarakat beragam serta bermacam macam. Dan yang ingin kami sinauni atau kami pelajari adalah mengenai ajaran dan kepercayaan beliau yaitu tentang manunggaling kawula gusti. Adapun mengenai manunggaling kawula gusti sendiri memiliki berasal dalam bahasa  jawa, dan kalau diartikan kedalam bahasa indonesia memiliki arti mempersatukan saya dan ALLAH SWT dan kalau dalam bahasa arab di sebut TAUHID. Akan tetapi aplikasinya di indonesia dahulu  pada zaman kerajaan kerajaan ada sebagian para raja raja yang memanipulasi untuk kepentingan politik dan kekuasaan dengan bentuk manipulasi dari beberapa yaitu membuat opini atau persepsi dengan membangun pemahaman bahwa ada beberapa Raja mewakili tuhan kemudian rakyat harus menganggap raja menjadi tuhan sebagaimana fir'aun kemudian rakyat harus menyatu dengan tuhan. 

Padahal makna dari manunggaling kawula gusti dalam politik dan kekuasan adalah :

Pada diri untuk para pemimpin baik itu lurah, camat, bupati, gubernur, ulama bahkan seorang presiden haruslah didalamya hatinya, konsep pikiranya dan jiwanya antaranya Gusti atau ALLAH SWT dengan rakyatnya menjadi satu, oleh karena itu para pemimpin tidak berani menyakiti keduanya hal itu di sebabkan apabila pemimpin menyakiti rakyat takut di murkai ALLAH SWT dan sebaliknya apabila pemimpin menyakiti ALLAH SWT rakyat kena murka dan celaka karena pada dasarnya pemimpin dapat amanat dari rakyatnya. dengan kata lain seorang pemimpin seharusnya sebagai jempatan penghubung untuk mendekatkan rakyatnya dekat dengan ALLAH SWT.

Dengan adanya ini sejatinya manunggaling kawula gusti maknanya sangat banyak, menurut kami kita sebaiknya jangan mencari obyektifitas yang terpenting bagi yaitu membuat hidup kami untuk berbuat baik. Adapun untuk manunggaling kawula gusti masuk dalam ketauhidan islam adalah sebagai berikut :

manunggaling kawula gusti termasuk dalam tauhid islam adalah sebagaimana makna dan prinsip serta tujuan islam adalah tauhid yang berarti mempersatukan atau manunggal serta nyawiji dari kata wahada, yuwahidu taukhidan dalam bahasa arab. dan untuk bentuk bersatu ada di dalam hati karena ALLAH SWT tidak bisa di rumuskan dengan bentuk bahkan cenderung tidak boleh di bentuk oleh manusia. karena manusia dapat menyentuh ALLAH SWT dengan muatan cinta di dalam hati, bukan muatan nafsu didalam hatimu bahkan manusia tidak dapat menyentuh dengan pikiran bahkan jasadnya karena ALLAH SWT tidak bisa dilihat. 

Demikian dari kami segala kekurangan mohon maaf dan anggap angin lalu.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel