Mengenali perjalanan spiritual hidup manusia


 ILMU CORO. Sebagai manusia yang merupakan makhluk yang di beri kelebihan oleh ALLAH SWT dalam hidup di alam semesta ini, dimana dari semua kelebihan itu tidak di berikan kepada makhluk lainya dimana dari kelebihan itu salah satunya manusia dapat mengidentifikasi, memotret terhadap sesuatu atau objek yang terdapat di dalam kehidupan di dunia ini, baik terhadap diri sendiri, orang lain, alam sekitar dan sebagainya. adapun proses identifikasi terhadap objektifitas yang hanya dapat di lakukan, diluhat oleh diri sendiri dan tidak dapat di lakukan oleh orang lain adalah terhadap sesuatu yang berkaitan dengan perkembangan spiritual, sufisme, tasawuf atau perkembangan kedewasaan seseorang bahkan untuk mengenai sesuatu ini kita sendiri walaupun kita tahu, dapat melihat tidak bisa mengklaim atau mengaku proses tersebut sehingga ALLAH SWT yang akan menghakimi atau mengklaimnya. maka dari itulah semua ini menunjukan bahwa dalam proses identifikasi terhadap sesuatu yang dapat di lakukan manusia namun ada juga objektifitas yang tidak dapat di identifikasi dipotret oleh pengetahuan atau potensi pada diri manusia itu sendiri. Sebenarnya mengenai proses perjalanan spiritual, sufisme atau proses perkembangan spritual manusia adalah sesuatu yang sifatnya biasa atau lumrah di lakukan manusia sebagai tawadu atau kerendahan hati, bukan sesuatu yang tingkat pencapaian tinggi yang hanya orang orang tertentu yang dapat mencapainya.

Dengan adanya perkembangan spiritual, tasawuf, sufisme atau perkembangan kedewasaan spiritual. kenapa hanya kita yang dapat melihat orang lain tidak bisa atau terbatas penglihatanya dan walaupun kita dapat lihat akan tetapi kita tidak boleh mengklaim melainkan hanya ALLAH SWT yang boleh, untuk menjadi penyebabnya adalah proses tersebut pada starnya bersama dengan orang banyak akan tetapi pada saat finishnya adalah proses kedekatan dengan ALLAH SWT sehingga proses kedekatan ini setiap orang berbeda beda, karena ini urusan kesungguh sungguhan, keikhlasan, ketulusan hati dan kejujuran pikiran bukan urusan kepandaian, keterampilan dan sebagainya. sebagai contoh adalah apabila kita melihat pohon atau binatang dan di dalam fakta yang kita lihat ada pohon atau binatang apakah disana yang kita lihat ataukah ada di batin kita, kalau menurut ilmu ilmu, akal pikiran dan disertasi meskipun faktanya ada di sana di penglihatan kita namun kalau di batin kita tidak ada fakta kita tidak bisa menyimpulkan faktanya dipenglihatan kita atau disana bahkan bisa juga tidak ada, seperti halnya mengenai ALLAH SWT karena ALLAH SWT ada dan hadir adanya kesadaran batin kita, dapat di rasakan setiap hari, itu semua adalah proses biasa yang di lakukan setiap orang hidup didunia ini bukan proses ilmu tinggi dan istimewa. sebab jalan hidup ini adalah akhirnya menuju kembali ke pada ALLAH SWT manusia tidak bisa terhindar dari adanya, dan merupakan jalan satu satunya tidak ada jalan lain selain itu. maka dari itu agat kita aman, tenteram, selamat dan sejahtera lakukanlah jalan itu sebaik baiknya. Dan juga adanya jalan itu tidak dapat di potret, di lihat dan di simpulkan oleh orang lain sebab merupakan rahasia pribadi dengan ALLAH SWT.

untuk mengenai ajaran tasawuf atau sufiisme juga sempat di katakan, di simpulkan bukan merupakan ajaran islam karena di dalam islam tidak terdapat ajaran seperti itu, hal itu juga merupakan sesuatu yang hampir sama dengan proses seperti kami sebutkan di atas, karena dalam melihat sesuatu pohon yang di sana karena melihat pohon yang disana dia tidak melihat esensi pohon di dalam hatinya atau batinya. adapun mengenai tasawuf merupakan komenfatur cuma penamaan suatu gejala, karena suatu hal, suatu fakta batin yang ada pada batin kita, lalu di rumuskan dikumpulkan, di identifikasi kita amati dan kita rasakan prosesnya. apabila cara berpikir kita seperti itu, maka ilmu tidak ada buku di perpustakaan dan ada pada diri kita, sehingga mengenai tasawuf, sufiisme adalah merupakan sesuatu yang privat atau rahasia yang ada pada diri seseorang terhadap ALLAH SWT. Dan proses perjalanan itu mencakup semua orang yang disebut torikot hanya saja berbeda prifesinya baik berupa tukang ojek, guru, petani, serta banyak lagi. namun pada saat sekarang ini yang namanya torikot atau proses perjalanan menuju ALLAH SWT di lembagan, di padatkan di anggap sebuah wiridan wiridan atau puasa dengan berbagai ajaran ajaran tertentu, memang sih menurut kami hal itu tidak salah namun yang tidak tepat adanya anggapan torikot, tasawuf atau sufisme berbeda dengan ajaran dalam islam padahal menurut saya islam memiliki prinsip dasar meliputi tasawuf, torikot dan proses perjalanan menuju ALLAH SWT yaitu dari ALLAH SWT kembali kepada ALLAH SWT.

Sehingga dengan adanya proses torikot, tasawuf atau sufiisme perjalan dari ALLAH SWT kembali kepada ALLAH SWT itu berlaku pada semua manusia, baik yang sadar atau tidak sadar dan baik yang percaya atau tidak percaya pasti melakukan proses itu, oleh sebab itu yang namanya islam yaitu apa yang ditemukan pada diri kita dari sebuah wacana, torikot batin serta sebuah narasi dari bathin kita dan obyektifnya dari rosululoh muhamad saw atau wahyu ALLAH SWT. sebagaimana ALLAH SWT mengatakan kalau engkau tidak bisa melihatKU akan tetapi AKU bisa melihat mu, dengan demikian adanya ALLAH SWT hanya dapat di rasakan dengan mata batin kita, tidak dapat dilihat seperti kita melihat pohon, binatang, orang dan lainya, sebab itu untuk dapat merasakan ALLAH SWT hadir di keseharian kita, di kehidupan kita adalah dengan sering puasa, berdzikir, wiridan dan sebagainya. makanya hendaknya kita sebagai manusia menyadari serta merasakan kehadiran ALLAH SWT serta rosululoh muhamad saw di setiap kehidupan kita sebagai bukti rasa cinta kita padaNYA, seperti halnya pada binatang atau tumbuhan serta lainya hanya saja kita sebagai manusia di beri kemampuan untuk merumuskan menyimpulkan tidak seperti pada makhluk lainya namun dari adanya kemampuan manusia untuk dapat merumuskan menyimpulkan yang disebut ilmu, justru dari adanya ilmu ini malah membuat ruwet membuat rancuh sebagaimana yang sekarang terjadi seperti adanya feodalisme bagi yang pemahaman tasawuf tingkat tinggi, adanya ma'rifat, syariat, ada hakekat padahal dari ke 4 jenis itu bukan tingkatan, bukan sebuah prestasi persilangan spiritual atau lainya karena dalam islam untuk melakukan syariat, harus tau hakekat, karena hakekat pemberangkatan atau tahap awal sebelum melakukan syariat seperti saat sholat kita harus tau hakiki nya sholat, hakiki nolong orang, hakiki puasa dan itu semua contoh torikot perjalanan spiritual kepada  ALLAH SWT setelah torikot tersebut baru dapat pencapaian pencapian kebahagian setelah sholat, setelah puasa dan setelah menolong orang dan dari pencapaian kebahagian itu disebut ma'rifat dan untuk sebuah ma'rifat tidak harus hal atau sesuatu besar yang kecil kecil juga termasuk ma'rifat sehingga semua itu bukan tingkatan tingkatan sebagaimana yang di pahami di yakini oleh sebagian masyarakat atau adanya stigma stigama bahwa ini masih syariat, lalu naik lagi ini sudah hakekat dan kemudian ini sudah masuk ma'rifat dan lainya. sehingga ada asumsi bahwa seolah seolah mereka orang orang sufi di anggap orang memiliki pencapaian ma'rifat tinggi padahal sebenarnya semua orang ma'rifat seprti halnya pada bayi juga ma'rifat hal itu terbukti saat lahir bayi pasti menangis, setelah itu mencari ibunya untuk menyusu. Adapun untuk ma'rifat itu adalah suatu proses pengetahuan bathin yang esensial atau akurat. 

Demikian dari kami segala kekurangan mohon maaf dan anggap angin lalu.


Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel