Menelaah menggali budaya mudik idul fitri di indonesia
ILMU CORO. Mengenai kebiasaan, perilaku yang sudah menjadi tradisi turun temurun dari jaman ke jaman hingga sekarang sehingga memiliki mengandung nilai budaya pada masyarakat indonesia secara umum serta khususnya masyarakat muslim kita yaitu yang namanya budaya mudik atau pulang kampung. Dan untuk mudik sendiri yang dilakukan secara bersama mencakup orang banyak adalah biasanya dilakukan pada waktu mendekati hari raya idul fitri walaupun mudik juga kadang di lakukan sendiri personal yang tidak selalu di hari raya idul fitri. Adapun dalam pandangan kami untuk yang disebut mudik adalah suatu mekanisme melingkar perjalanan hidup manusia, sebagai contoh dari ALLAH SWT kembali ke ALLAH SWT, dari orang jawa kembali ke jawa dan perjalanan maju akan tetapi kembali. sebagaimana dengan penggambaran manusia yang kemanapun dalam melangkah maju kedepan dan pada akhirnya dia akan melingkar untuk kembali kepada ALLAH SWT, adapun untuk perjalanan dalam melangkah dapat di pastikan tidak dapat lurus untuk proses kembalinya makanya di sebut mekanisme melingkar, adapun untuk proses kembalinya pada manusia terhadap tempat semula memiliki beberapa tingkat level level antaranya level rokhani, level budaya, level dzat, dan level materi.
Mengenai budaya orang mudik atau kembali kalau di kategorikan serta di masukan kedalam salah satu level tersebut di atas adalah masuk kedalam level dengan naluri untuk kembali ketempat tinggal atau asal usulnya sebagai contoh orang mudik ke kampung halamanya, kembali ke keluarga atau nasab sanak famili, dan ingin kembali terhadap yang disebut nilai budaya atau dimana dia di besarkan dari kecil hingga dewasa sehingga ingin ketemu kembali. terlepas dari fenomena budaya orang mudik yang kalau di pandang dan dilihat terkesan repot atau ruwet sebenarnya sebagai akibat adanya proses urbanisasi bertaraf besar yang di lakukan oleh bangsa ini dengan keadaan mengelompok atau menggumpalnya nilai ekonomi atau uang pada satu daerah terntentu yang memancing orang untuk berbundun bundun lari ketempat tersebut untuk meraihnya seperti halnya penumpukan uang di jakarta dan di jakarta hampir 86% uang berkumpul disana. sebenarnya kalau tidak ada kasus yang semacam itu mungkin tidak ada yang namanya budaya mudik. namun dengan keadaan yang seperti itu dengan makin meningkat makin besarnya orang yang melakukan mudik sehingga menimbulkan di salah satu sisi sebagai contoh di bidang transportasi atau lainya dapat memicu sesuatu yang menambah masalah bahkan masuk ke level berbahaya, dalam hal ini seharusnya yang di salahkan bukan orang mudiknya melainkan yang harus berpikir mencari solusinya negara dengan melakukan pemerataan ekonomi diwilayah wilayah sehingga masyarakatnya tidak harus pergi mencari ekonomi.
Oleh sebab itulah dengan adanya orang mudik merupakan hal yang wajar, karena kangen ingin bersilaturahmi berkumpul dengan keluarga dan kampung halamanya, dan apabila mereka orang orang yang mudik melakukan proses pemborongan penyerbuan terhadap mal mal atau pusat perbelanjaan juga tidak salah mereka, karena juga mereka di buat di latih atau di imingi imingi di pancing untuk bergaya hidup hidoisme atau konsumerisme dengan adanya banyaknya pembuatan mall atau pusat perbelanjaan yang tujuan untuk mengumpulkan orang di satu mal terntentu dengan rame mal menjadikan memiliki nilai ekonomi yang tinggi tersebut, serta di tambahkan lagi dengan penyuguhan, pemandangan dan asupan asupan dari sesuatu yang serba materalistik atau condong keduniaan serta menampilkan kemewahan dan kekayaan yang sekarang ini sedang di alami masyarakat kita sehingga adanya aspek rokhani mulai kurang mulai di abaikan.
Adapun untuk nilai nilai rokhani yang dapat di petik dengan adanya budaya mudik adalah merupakan proses kembali atau kembali yang fitri yang sejati dan untuk proses tersebut sebenarnya tidak harus dengan adanya lintas geografi atau wilayah, seperti dari jakarta ke kampung dan lainya tanpa harus melalui lintas budaya karena untuk dapat kembali ke pada ALLAH SWT manusia dapat juga langsung matekaji atau langsung inalilahi roji'un juga bisa, tanpa harus proses materi namun juga materi juga tidak salah dan yang tidak tepat adalah ketika manusia hidup sudah isme atau sudah di lokomotivi atau di atur atur oleh materi, karena harusnya materi adalah merupakan gerbong yang menjadi salah satu alat dari kita hidup. dan sebagai kesimpulan menurut kami sebenarnya manusia tidak harus menunggu lebaran untuk mudik, manusia tidak harus menunggu idul fitri untuk bermaaf maafan serta tidak harus menunggu ramadhan untuk berpuasa itu semua dapat kita lakukan di hari hari biasa selain waktu waktu tersebut.
Sekian dari kami segala kekurangan mohon maaf dan anggap angin lalu.