Nalar, nadhor dan paradigma yang tepat manusia hidup


 ILMU CORO. Perlu kita ketahui bersama bahwa setelah akal, itu masih ada paradigma baru dan penalaran. Sebenarnya basik atau karateristik pada setiap manusia memiliki kesamaan untuk menghadapi dirinya tentang cara memahami dirinya, cara cara memahami realitas dan dengan adanya cara memahami realitas yang setiap manusia yang satu dengan manusia yang lain berbeda sehingga manusia tidak boleh membenarkan tentang pemahaman realitas dirinya pada manusia lain. dengan adanya ini maka pada manusia di perlukan paradigma dan paradigma itu berfungsi membangun dari sebuah narasi dari realitas. Adapun untuk mengenai adanya nalar yang sekarang ini berkembang di sebagian besar manusia yaitu nalar yang berpikir secara scientist yang begitu productionis atau produksionis di jadikan primer dan berkembang di dunia modern saat ini, yang titik awalnya sejak berkembangnya revolusi industri pada zaman descrates dan renaissen hingga sekarang ini, karena merekalah yang merubah mengawali peradan manusia ini menjadi sangat cerdas untuk hal materailis dalam mencari uang atau kebendaan. namun adanya perubahan peradaban manusia yang di mulai suatu revolusi industri tersebut juga adalah merupakan sebuah narasi realitas bukan merupakan sebuah realitas, akan tetapi manusia dalam menghadapi kehidupan di dunia ini butuh atau perlu sebuah narasi realitas untuk menjawab membangun relaitas karena hidup di dunia ini tidak memberikan skor yang bener yang mana. 

Mengenai paradigma adalah untuk membangun penalaran manusia dan untuk nalar sendiri di dapatkan dari adanya narasi realitas bukan dari realitas adapun di dalam narasi realitas memiliki unsur unsur sebagai bahan penalaran setiap manusia di antaranya yaitu :

A. Axioma atau dipercayai

B. Teorema atau sebab akibat

C. Sistem atau terstruktur.

Adapun adanya narasi realitas dalam nalar manusia untuk melihat dunia ini, dari perspektif agama dengan sains atau ilmu pengetahuan tidak mungkin sama bahkan perbedaan sangat mendasar keduanya memiliki narasi realitas sendiri sendiri untuk mengetahuinya adalah sebagai berikut :

A. Melihat dunia dari narasi realitas dari sains atau ilmu pengetahuan.

Dalam melihat dunia dari ilmu pengetahuan atau sains, memiliki narasi realitas adalah dengan bersandarkan pada sesuatu atau teorema yang dia ketahui, didalam sains tidak mungkin menjelaskan teorema yang tidak mungkin dia ketahui contohnya yaitu terlihat jelas pada dunia matematika bahkan dunia matematika menjadi sandaran utama dari dunia sain yang lain. 

B. Melihat dunia dari narasi realitas dari segi agama.

untuk narasi realitas dalam melihat dunia dari segi agama itu yang menjadi pokok yang mengacu atau bersandarakan dari sesuatu yang dia tidak di ketahui, hal itu terbukti dengan adanya axiomanya berupa sahadat yaitu saya percaya bahwa tidak ada tuhan selain ALLAH SWT adanya saya percaya hal itu menunjukan sesuatu yang bukan pembuktian. dan untuk axioma adalah sesuatu kebenaran yang tidak bisa di buktikan kebenaranya. Dan mengenai axioma juga terdapat pada sain atau ilmu pengetahuan sebagai contoh axioma sains yaitu yang disebut metode ilmiah, untuk di metode ilmiah juga tidak bisa membuktikan kebenaranya.

Dari adanya semua narasi realitas kita manusia tidak boleh ngomong kebenaranya dan terpenting mana yang lebih efektif atau lebih memberikan manfaat serta memberikan nilai guna karena didalam axioma agama adalah dengan percaya tidak pruff akan tetapi akan dia buktikan dengan koherensi didalam sistemnya itu bukan korespondensi terhadap sesuatu di luarnya. akan tetapi di dalam sains tidak berani menggunakan korespondensi melainkan memakai koherensi yang memang di dalam koherensi pun sains tidak bisa menjelaskan atau ngomong secara reell wood akan tetapi dengan saya sains hanya berani menjelaskan dunia yang saya bisa amati. 

Mengenai penalaran masyarakat kita untuk saat ini menurut kami masyarakat sudah nalar akan tetapi narasi realitasnya kisruh di sebabkan tidak mengambil dari 1 sistem melainkan mengambil dari semua sistem namun yang tidak paham limitnya namun di jadikan satu di bikin makanan tapi tidak jelas posisi dalam melihatnya. 

Dengan sebagai kesimpulan mengenai paradigma sains dan agama adalah sesuatu dari kedua yang sangat bertentangan kalau sains atas dasar setahu saya sedang sains atas dasar saya tidak tahu yang tahu hanya ALLAH SWT sebagai contoh tafsir quran kira kira masuk sains atau agama, menurut kami masuk sains akan tetapi pada masyarakat sekarang ini di masukan dalam agama bahkan oleh penafsirnya dan banyak ulam sendiri pun di masukan pada agama padahal kalau masuk ke sains memiliki paradigma yang berbeda, adapun mengenai paradigma atau nalar atau nadhor dan untuk dapat nalar, nadhor tergantung paradigma atau kaca mata masing masing manusia berbeda. adapun untuk jarak pandang sudut pandang dan sisi pandang dari renaisensce adalah suatu revolusi berpikir dengan cerdas dalam segi materalisme sehingga adanya itu menjadikan masyarakat yang sangat cerdas dalam segi materiil. cerdas dalam mencari uang, dalam mencari jabatan, dalam mencari harta benda dan kerakusan ketamakan akan tetapi bodoh dalam berbuat baik inheren, atau koheren antar sesama manusia dan untuk hemat untuk kewasapadaan sangat rapuh. sebagai solusi marilah kita belajar untuk menentukan nadhor nalar atau paradigma kita dalam melihat, menilai dan memaknai terhadap sesuatu sehingga kita lebih seimbang, tepat, akurat dan sirrotol mustaqim.

Sekian segala kekurangan mohon maaf dan anggap angin lalu.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel